Thursday, September 20, 2012

Kemenangan Jokowi Mulainya Negara Sekuler


Segala ketentuan dan takdir ada di tangan Sang Pencipta, kita umat muslim hanya bisa meminta perlindungan padaNya.

Bagaimana umat muslim dalam menyikapi bilamana pemimpin kita bukan orang yang beriman ?

Padahal telah tertulis secara jelas dan gamblang  dalam Alquran:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” [QS. Al-Maidah: 51]

Tertera jelas
Barangsiapa diantara kamu (Umat Muslim) mengambil mereka (Orang-orang Kafir) menjadi pemimpin, maka sesungguhnya "Orang itu" termasuk golongan mereka (Orang-orang Kafir)

Tiap Hukum dariNya adalah Hak dan Benar, dan Wajib dipatuhi karena berupa Perintah --> Janganlah Kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi Pemimpin ( Perintah dan Larangan)

Kalau ada umat Muslim yang membantah dan beragumen bahwa ngga apa-apa dipimpin oleh "orang kafir yang penting bagus dan mudah2an lebih baik" silahkan berdebat dengan Allah Tuhan Semesta Alam bukan dengan penulis,

Apa konsekuensi bila Perintah Allah dilanggar dan Alquran menjadi Pajangan/Makmum bukan Imam dan Petunujuk?
  • Syariat Islam menjadi salah dan dianggap usang, Kebebasan dan Hak Asasi Manusia digaung2kan.
  • Orientasi Kehidupan bermasyarakat bukan karena Allah tapi demi materi dunia semata.
  • Semua hukum dan keputusan Pemerintah tidak Islami. 
  • Kehidupan Bermasyarakat tidak Islami.
  • Tidak ada keberkahan dan rezeki.
  • Ilmu dari para ulama ditarik.
  • Islam hanya akan jadi hinaan dan cercaan.
Sedangkan akhirat kekal dan abadi,
Tidakkah kalian semua wahai saudara-saudaraku tidak takut pada Allah dan MurkaNya?
Apakah kalian tidak rindu dengan KasihNya?
Sesungguhnya kita semua berada di penghujung akhir zaman,
Pemimpin-pemimpin kita sudah banyak yang mengabaikan amanah dan akidah.
Islam dan Nabi sedang diteror, dihina dan dijelek-jelekan. Fitnah menyebar dan akan terus berkobar, Negara-negara muslim sedang diadu domba, dihancurkan, diperangi dan diperbudak.

Subhanallah, Maha Suci Allah. Pencipta Langit dan Bumi. Kami bersujud dan berlindung padaMu Ya Allah.


7 comments:

  1. [Ayat ke-1]
    لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
    “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menja-di auliya dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)” (QS. Al Imran: 28)
    Ibnu Abbas radhiallahu’anhu menjelaskan makna ayat ini:
    “Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang kaum mu’minin untuk menjadikan orang kafir sebagai walijah (orang dekat, orang kepercayaan) padahal ada orang mu’min. Kecuali jika orang-orang kafir menguasai mereka, sehingga kaum mu’minin menampakkan kebaikan pada mereka dengan tetap menyelisihi mereka dalam masalah agama. Inilah mengapa Allah Ta’ala berfirman: ‘kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka‘” (Tafsir Ath Thabari, 6825).

    ReplyDelete
  2. berfirman: ‘kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka‘” (Tafsir Ath Thabari, 6825).
    [Ayat ke-2]
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu te-rmasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim” (QS. Al Maidah: 51)
    Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini: “Allah Ta’ala melarang hamba-Nya yang beriman untuk loyal kepada orang Yahudi dan Nasrani. Mereka itu musuh Islam dan sekutu-sekutunya. Semoga Allah memerangi mereka. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Ke-mudian Allah mengancam dan memperingatkan bagi orang mu’min yang melanggar larangan ini Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim“” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).

    ReplyDelete
  3. Lalu Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab, “Bahwasanya Umar bin Khathab memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari bahwa pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Ia berkata: ‘Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami?’. Abu Musa menjawab: ‘Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram’. Umar bertanya: ‘Kenapa? Apa karena ia junub?’. Abu Musa menjawab: ‘bukan, karena ia seorang Nasrani’. Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata: ‘pecat dia!’. Umar lalu membacakan ayat: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim‘” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).
    Jelas sekali bahwa ayat ini larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin atau orang yang memegang posisi-posisi strategis yang bersang-kutan dengan kepentingan kaum muslimin.

    ReplyDelete
  4. [Ayat ke-3]
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi auliya bagimu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman” (QS. Al Maidah: 57)

    ReplyDelete
  5. As Sa’di menjelaskan: “Allah melarang hamba-Nya yang beriman untuk menjadikan ahlul kitab yaitu Yahudi dan Nasrani dan juga orang kafir lain-nya sebagai auliya yang dicintai dan yang diserahkan loyalitas padanya. Juga larangan memaparkan kepada mereka rahasia-rahasia kaum mu’minin juga larangan meminta tolong pada mereka pada sebagian urusan yang bisa membahayakan kaum muslimin. Ayat ini juga menunjukkan bahwa jika pada diri seseorang itu masih ada iman, maka konsekuensinya ia wajib meninggalkan loyalitas kepada orang kafir. Dan menghasung mereka untuk memerangi orang kafir” (Tafsir As Sa’di, 236)

    ReplyDelete
  6. Maksud dan hubunganya sama jokowi apa ya?

    ReplyDelete
  7. Saya tertarik dengan judulnya.tapi setelah saya baca artikelnya tidak ada nama jokowi di dalamnya.
    Hanya saran buat admin,jauhkan su'udzon atau pandangan pribadi terlebih tanpa memberi dasar2nya.nanti jadi fitnah apalagi ini artikel di blog admin ini dalam lingkup islami

    ReplyDelete